I Nyoman Nuarta: Sosok Dibalik Mahakarya Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Taman Budaya Garuda Wisnu kencana (GWK) adalah taman budaya yang menjadi objek wisata di Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Lokasi ini berjarak kira-kira 12 kilometer dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai atau berjarak tempuh sekitar 20 menit perjalanan dari bandara.
Pada sejarahnya, patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan karya dari seorang seniman Bali yang bernama Nyoman Nuarta dan dirancang sekitar 30 tahun lalu. Ide awal pembuatan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) sendiri berasal dari permintaan Dirjen Pariwisata saat itu, Joop Ave. Pada kala itu Joop Ave meminta Nuarta untuk membangun sebuah patung setinggi sekitar 5 meter dan dialokasikan di bandara Ngurah Rai. Namun, Nuarta memiliki pendapat bahwa patung setinggi 5 meter terlalu nanggung. Menurut Nuarta, Bali merupakan ikon pariwisata nasional dan sebagai provinsi penyumbang devisa besar negara sudah seharusnya Bali memiliki ikon seni yang besar sehingga bisa membanggakan Indonesia di mata dunia.
Nuarta menggunakan hasil penjualan sejumlah karya seninya guna membeli lahan tandus bekas lokasi penambangan kapur liar seluas puluhan hektar di Desa Ungasan. Lahan itu berada pada ketinggian 276 meter di atas permukaan laut.
Patung GWK dirancang oleh Nuarta sejak 1989, yakni sekitar 28 tahun (1989-2018) dari sejak perancangan, membangun, dan melalui tahap renovasi dalam merancang dan membangun GWK dan hingga diresmikannya Taman Budaya GWK oleh presiden ke-7 Indonesia (22/09/2018). Banyak kendala membuat Nuarta harus terus bersabar untuk mewujudkan impiannya untuk membangun GWK.
Banyak beredar kabar, konon salah satu penyebab tersendatnya pembangunan patung GWK terkait nilai spiritualitas masyarakat setempat. Menurut masyarakat Hindu, Dewa Wisnu seharusnya menghadap ke Utara, namun patung GWK pada saat itu malah menghadap ke arah sebaliknya, yaitu arah selatan yang merupakan arah dari Dewa Brahma. Selain itu, hal yang juga menjadi faktor utamanya lamanya proses pembuatan patung GWK itu sendiri dikarenakan kurangnya pendanaan pada saat itu.
Sesungguhnya, pembangunan GWK telah didapat oleh Nuarta pada tahun 1993 dari presiden Soeharto. Lalu, pada tahun 1997, Nuarta meletakkan batu pertama sebagai penanda awal dimulainya pembangunan GWK. Namun sayangnya, di tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1998, terjadinya krisis moneter dan pergolakan yang dirasakan di Indonesia membuat impian Nuarta untuk membangun GWK harus terhenti. Akibatnya bertahun-tahun pembangunan mega proyek tersebut mangkrak.
Segala upaya dilakukan untuk tetap dapat membangun patung GWK. Pada tahun 2000, Nuarta membawa potongan patung yang belum jadi di acara EXPO GWK. Namun tidak membuahkan hasil juga.
Nuarta bahkan sempat mengajukan penawaran untuk menyumbangkan asetnya seluas 80 hektar tersebut kepada negara senilai Rp1,2 triliun. Ia menghadap Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono untuk memprosesnya. Sayangnya, pergantian presiden harus menghentikan langkahnya.
Pada tahun 2013, Nuarta menjual 82% aset GWK pada PT. Alam Sutera dengan harga yang murah. Hal ini bukan berarti Nuarta mengalamikerugian, tapi dari situlah Nuarta justru bisa mengalami kerugian impiannya membangun patung GWK. Dikutip dari kumparan.com, . Alam Sutera menggelontorkan dana sebesar Rp450 miliar. Dan pada tahun 2018 pembangunan GWK telah dirampungkan, dan diresmikan oleh Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo (22/09/2018).
Berikut Fasilitas-fasilitas yang tersedia atau yang dapat dinikmati di Taman Budaya GWK:
- Restoran
- Toko Souvenir
- Studio Foto
- Aula Terbuka untuk acara besar
- Penginapan Privat
- Halaman Parkir
- Halte Bus
- Segway
- Toilet
- Musholla
- Free Wifi
Beberapa artikel menarik lainnya:
All Comments (0)